SISWA UTAMA BUDDHA ( Y.A SARIPUTTA)
(Unggul dalam kebijaksanaan)
Pada suatu pagi, Sariputta melihat Y.A. Assaji salah
seorang bhikkhu siswa pertama Sang Buddha, sedang menerima dana makanan di
Rajagraha. Ia sangat terkesan melihat penampilan Y.A. Assaji yang damai dan
agung. Ia berpikir bahwa pastilah bhikkhu tersebut telah mencapai Arahat.
Ketika Y.A. Assaji selesai makan, ia mendekati dan memberi salam untuk kemudian
bertanya siapakah guru beliau dan ajaran apakah yang diajarkan gurunya itu.
Y.A. Assaji memberitahukan bahwa gurunya adalah Sang Buddha Gotama dan bahwa
beliau tidak dapat menerangkan ajaran tersebut secara panjang lebar karena
belum lama menjadi bhikkhu, namun dapat menjelaskan artinya secara singkat.
Kemudian beliau mengucapkan syair berikut:
“Semua benda timbul karena suatu sebab, sebab itu telah
diberitahukan oleh Sang Tathagata dan juga lenyapnya. Demikianlah yang
diajarkan oleh Sang Pertapa Agung.”
Mendengarkan syair tersebut, Sariputta memperoleh Mata Dharma
(Dhammacakkhu) dan menjadi seorang Sotapanna (orang yang mencapai tingkat
kesucian pertama).
Sariputta terlahir di Desa Upatissa dekat Rajagraha. Karena
ia adalah anak tertua dari keluarga utama di desa itu, nama pribadinya menjadi
Upatissa. Ayahnya adalah seorang Brahmana bernama Vanganta dan ibunya bernama
Rupasari, oleh karena itulah ia dikenal juga sebagai Sariputta (putera dari
sari). Ia mempunyai tiga adik laki-laki dan tiga adik perempuan, yang
kesemuanya kemudian hari menjadi bhikkhu. Sejak kecil, Sariputta sudah
memperlihatkan kepandaian yang istimewa. Mula-mula ia belajar kepada ayahnya
yang mempunyai pandangan yang bijaksana dan pengetahuannya sebagai seorang
Brahmana. Ia mempelajari Veda (kitab suci Agama Hindu). Pada usia delapan
tahun, ia mulai belajar dengan seorang guru, dan pada usia enam belas tahun ia
sudah terkenal didaerah tempat tinggalnya.
Pada hari kelahirannya, terlahir pula anak laki-laki di desa
Kolita. Sehingga anak itu disebut Kolita. Ayahnya adalah kepala desa dan ibunya
bernama Moggali sehingga anak itu disebut pula sebagai Moggalana. Upatissa dan
Moggalana berteman sejak masa kanak-kanak mereka. Mereka bersama-sama pula
menikmati kesenangan hidup. Sampai pada suatu ketika mereka menyadaru bahwa
pada akhirnya semua manusia akan mengalami kematian. Oleh karena itulah
keduanya bersepakat untuk meninggalkan hidup keduniawian untuk mencari jalan
yang dapat membebaskan diri dari kematian.
Mereka kemudian pergi berguru kepada seorang guru terkenal
saat itu yang bernama Sanjaya. Karena kemampuannya yang luar biasa, Sariputta
dan Monggalana segera diakui sebagai murid yang utama diantara murid-murid yang
lainnya. Tetapi meskipun mereka telah menguasai semua ajaran yang diberikan
oleh Sanjaya, mereka belum juga menemukan jalan pembebasan yang dicari. Mereka
kemudian berjanji bahwa siapa diantara mereka yang kelak lebih dulu memperoleh
Ajaran Sempurna akan memberitahukan hal itu kepada yang lainnya.
Maka segera setelah Sariputta bertemu dengan Y.A. Assaji, ia
menemui Moggallana dan menyampaikan peristiwa yang dialaminya dan mengulangi
syair yang diucapkan oleh Y.A. Assaji. Seketika itu pula Moggallana memperoleh
mata Dharma dan menjadi seorang Sotapanna. Kemudian mereka menyampaikan hal ini
kepada Sanjaya. Namun Sanjaya menolak pergi bersama mereka menemui Sang Buddha.
Keduanya lalu pergi bersama dua ratus lima puluh murid Sanjaya ke Vihara Veluana
untuk menemui Sang Buddha. Mereka memohon penahbisan dan Sang Buddha menerima
mereka menjadi bhikkhu.
Tujuh hari setelah ditahbiskan Monggalana mencapai Arahat
(tingkat kesucian tertinggi) setelah mendapat pertunjukkan dari Sang Buddha.
Lima belas hari setelah ditahbiskan, Sariputta berdiam bersama Sang Buddha di
gua Sukarakhta di gunung Gijjhakuta (puncak burung nasar) di kota Rajagraha.
Seorang pertapa Paribbajaka bernama Dighanakha dari keluarga Aggivesana pada
suatu hari menghampiri Sang Buddha. Sang Buddha kemudian mengkhotbahkan
Vedanapariggha kepada pertapa tersebut, mendengar sutta itu, Sariputta pun
menjadi seorang Arahat.
Y.A.Sariputta dan Y.A.Moggalana merupakan siswa-siswa yang
mulia dan termashyur, merupakan siswa kepala yang membantu Sang Buddha dalam
menyampaikan ajaran kepada dunia. Dalam suatu pertemuan para bhikkhu, Sang
Buddha menyatakan bahwa Y.A.Sariputta adalah siswa yang terkemuka dalam
kebijaksanaan, dan Y.A. Moggallana adalah yang terkemuka dalam kekuatan gaib.
Dalam hal kebijaksanaan, Y.A.Sariputta adalah yang kedua setelah Sang Buddha,
beliau amat pandai menguraikan dengan terinci intisari ajaran Sang Buddha
kepada orang lain. Sang Buddha pernah bersabda, ”Bila kau meninggalkan
kehidupan keduniawian dan menjadi bhikkhu kau harus seperti Sariputta dan
Moggallana. Berusahalah untuk mendekati dan meminta mereka untuk mengajarimu.”
Meskipun Y.A.Sariputta dikenal sebagai siswa kepala, beliau
tidak mementingkan diri sendiri. Beliau adalah orang yang tahu berterima kasih,
rendah hati, penuh belas kasihan, dan sabar. Beliau senang mengunjungi
bhikkhu-bhikkhu lain yang sedang sakit. Ketika bhikkhu-bhikkhu lain sedang
melakukan pindapata, beliau mengelilingi seluruh bangunan vihara, menyapu
tempat-tempat yang belum tersapu, mengisi saluran-saluran yang kosong dengan
air, mengatur perabotan, dan sebagainya. Khotbahnya, Sangiti Sutta dan
Dasuttara Sutta adalah permulaan dari cita-citanya mengulangi ajaran Sang
Buddha untuk menjaga dan mempertahankan kemurniannya dan agar ajaran itu tetap terlindung.
Apabila Sang Buddha adalah Dharmaraja (Raja dari ajaran), maka Y.A. Sariputta
adalah Dhammasenapati (Panglima dari Ajaran).
No comments:
Post a Comment