Guan Shi Yin Pu Sa (Kwan Si Im Po Sat – Hokkian) atau secara umum disebut Guan Yin (Kwan Im – Hokkian), dalam bahasa sansekerta disebut Avalokitesvara Bodhisattva. Dikenal secara luas sebagai Dewi Welas Asih, yang dipuja tidak hanya terbatas dikalangan Budddhis saja, tetapi dikalangan Tao dan semua lapisan masyarakat awam. Dewi ini sangat populer tidak hanya di Tiongkok saja tetapi juga di Jepang (yang disebut Kanon) dan Asia Tenggara.
Guan Shi Yin adalah terjemahan harfiah dari perkataan
sansekerta, “Avalokitesvara” yang mempunyai arti sebagai berikut :
Guan …...... Melihat atau merenungi.
Shi ………….. Dunia, alamnya orang yang menderita.
Yin ………….. Segala suara dari dunia, jeritan atau
ratapan dari mahluk hidup,lahir maupun batin, yang kesemuanya ini menyentuh
lubuk hati sang Dewi Welas Asih.
Sebab itu Guan Yin adalah Bodhisattva yang melambangkan hati
yang welas asih dan penyayang, yang tertanam dalam – dalam dihati tiap
pemujanya. Mereka percaya bahwa GuanYin dapat mendengarkan keluh – kesah mereka
yang menderita dan datang menolong, dalam wujud yang berbeda – beda, baik pria
maupun wanita.
Perwujudan Dewi Guan Yin.
Di negeri – negeri lain yang menganut Agama Buddha
seperti, Muangthai, Kamboja, India dan Vietnam. Boddhisattva ini biasanya
ditampilkan sebagai pria. Hanya di Tiongkok saja Avalokitesvara Boddhisattva
diwujudkan sebagai wanita dengan berbagai penampilan, antara lain :
1).Guan Yin menyeberangi lautan. Konon Guan Yin dari
India menyeberangi lautan Sampai di Pu Tuo Shan, propinsi Zhejiang.
2).Guan Yin dengan hutan bambu ungu.
3).Guan Yin dengan keranjang isi ikan. Mengandung arti
menyayangi mahluk hidup,sebab ikan itu akan dilepaskan kembali ke laut.
4).Guan Yin dengan 8 rintangan. Ini melambangkan Guan
Yin dapat mengatasi berbagai kesukaran supaya dapat dengan tenang menerima
ajaran Buddha.
5).Guan Yin bertangan seribu. Perwujudan mengandung
makna bahwa Guan Yin mampu melakukan segala dan tahu segala hal.
6).Guan Yin berbaju putih. Maksudnya putih bersih tanpa
dosa seperti halnya Maria dalam Agama Katholik.
7).Guan Yin membawa anak. Merupakan pemujaan bagi
mereka yang mendambakan anak.
8).Guan Yin membawa botol air suci, biasanya ditemani
oleh sang bocah suci, Shan Cai, dan burung kakak – tua.
9).Guan Yin naik gelombang atau di atas sebuah batu
karang, yang melambangkan keteguhan hatinya untuk menempuh berbagai kesukaran
dalam menolong manusia.
Semuanya ada 33 bentuk perwujudan Guan Yin, dalam menolong
umatnya yang membutuhkan. Yang disebutkan di atas adalah yang paling terkenal.
Dalam Kitab Buddha yang asli hanya di sebutkan 16 rupa perwujudan.
Guan Yin, Pria atau Wanita :
Pada waktu memasuki Tiongkok sekitar dinasti Han, Agama
Buddha memang memperkenalkan Avalokitesvara yang kemudian dikenal sebagai Guan
Yin Pu Sa sebagai pria. Mulai dinasti Tang (618 – 907 M) dan lima dinasti (907
– 960 M).Guan Yin ditampilkan sebagai wanita. Mungkin ini terpengaruh ajaran
Konfusianisme yang sangat berakar dalam sistem sosial masyarakat pada waktu itu.
Mereka menganggap tidak layak wanita memohon anak dari seorang Dewata pria.
Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sebagai kehendak dari Guan Yin sendiri
untuk mewujudkan dirinya sebagai wanita, agar ia dapat leluasa dengan kaum
wanita yang banyak memohon uluran tangannya.
Kelihatannya perubahan ini terjadi secara berlahan – lahan.
Mula – mula Guan Yin ditampilkan sebagai pasangan Avalokitesvara (seperti
halnya Dewa – dewa dari India yang selalu mempunyai pasangan). Kemudian lambat
laun, oleh penganutnya di Tiongkok, dewata pria Avalokitesvara mulai dilupakan.
Sampai abad ke – 12 Masehi. Guan Yin telah dipuja sendirian sebagai Dewata yang
khas Tiongkok, begitu juga Dewata – dewata Buddhist lainnya.
Perlu diketahui bahwa sebelum masuknya Buddhist ke Tiongkok,
kaum wanita di sana sudah banyak memuja para dewi dari Taoisme yang mereka
panggil dengan sebutan “Niang – niang”, sebagai tempat mereka memohon
perlindungan, keselamatan dan keturunan. Sebab itu ketika muncul Guan
Yin,mereka menyebutnya dengan panggilan Niang – niang pula. Sebutan Guan Yin Pu
Sa yang sepenuhnya bersifat Buddhisme dikalangan rakyat akhirnya popular dengan
sebutan “Guan Yin Niang – niang”. Tidak sampai di situ, kaum Taoist-pun akhirnya
ikut pula memujanya, bahkan menempatkanya sejajar dengan Dewi mereka, yaitu
Tian Hou (Tian Shang Sheng Mu). Nama Taoist untuk Guan Yin adalah Zi Hang Dao
Ren (Zu Hang To Jin – Hokkian). Yang berarti pendeta penyelamat pelayaran.
Begitulah Guan Yin memperoleh kepopuleran yang jauh melebihi Dewata Buddhisme
yang tertinggi Sakyamuni Buddha, meskipun dalam banyak kelenteng dan vihara,
Sakyamuni duduk di altar yang paling terhormat.
E.T.C. Werner dalam bukunya “Myths and legends of China”
menyebutnya sebagai Buddhist Saviour atau Dewi penyelamat dari Buddhist, inilah
kutipan dari buku itu tentang kepercayaan rakyat kepada Guan Yin :
“Ia disebut Guan Yin karena ia mau mendengarkan ratapan dari
dunia dan turun mengeluarkan pertolongan. Ia memperoleh sebutan Buddha yang
mengusir rasa takut. Kalau di tengah kobaran api, nama Guan Yin disebut, api
tak akan dapat membakar. Di tengah hempasan ombak yang setinggi gunung, apabila
namanya disebut akan sampailah pada air yang dangkal. Perahu yang tengah dihantam
gelombang, apabila seorang awaknya menyebut nama yang maha penyayang, akan
selamat sampai tujuan. Di tengah – tengah gemerincingannya tombak dan pedang di
medan perang, apabila menyebut namanya akan luputlah ia dari maut. Kalau dalam
dirimu ada iblis yang merasuki, sebutlah nama Guan Yin, dan anda akan
memperoleh ketenangan dan kesucian batin. Nafsu amarah dan kebencian akan sirna
kalau namanya diucapkan. Seorang yang menderita penyakit ingatan akan pulih
kembali sehat kalau berdo’a kepada Guan Yin. Guan Yin yang maha pengasih dan
penyayang akan memberikan seorang putra bagi para ibu yang
mendambakannya,seorang putra yang tampan dan seorang putrid yang cantik.
Seorang yang menyebutkan nama – nama dari 6.200.000 Buddha atau jumlah yang
banyak laksana pasir sungai Gangga, sama nilainya dengan orang lain yang hanya
mengucapkan nama “Guan Yin” sekali saja. Guan Yin dapat muncul dalam wujud
Buddha, Pangeran, Pendeta, pelajar dan lain – lainnya. Dapat pergi ke negeri
mana saja, mengkotbahkan ajaran suci ke segala penjuru”.
Guan Yin Berbaju Putih
Memang perwujudan Guan Yin tidak terbatas, tapi yang paling
banyak dipuja secara meluas dari abad ke abad ialah Guan Yin berbaju putih.
Sebab itu apabila kita melihat di berbagai kelenteg, sebagian besar adalah Guan
Yin yang berbentuk demikian. Bentuk ini paling disukai dan paling popular
diantara bentuk – bentuk lain. Patung Guan Yin baik yang bentuk dalam keadaan
duduk atau berdiri, mempunyai makna sendiri – sendiri. Kebanyakan orang akan
memilih yang dalam posisi duduk, sebab bentuk ini menimbulkan kesan terang,
tentram dan anggun, merupakan gambaran pencerahan yang sempurna. Bentuk Guan
Yin yang berdiri melambangkan geraknya yang penuh rasa penyayang. Ini diartikan
oleh para pemujanya bahwa tindakannya yang penuh rasa kasih dan sayang itu
mempunyai kekuatan untuk mencapai siapa saja yang membutuhkan pertolongannya.
Dan Guan Yin selalu siap menghampiri dan membantu dengan uluran kasih dan
perlindungan. Makna lain yang tersirat bentuk berdiri ini adalah melambangkan
kesediaan Guan Yin untuk memberikan pencerahan kepada siapa saja yang
menginginkan.
Guan Yin berbaju putih seringkali tampil dengan memegang
botol yang berisi “Amrita” yaitu “ Embun Belas Kasih”, yang berkasiat
mensucikan kotoran – kotoran dalam badan, ucapan dan batin manusia dan
mempunyai kekuatan penyembuhan yang luar biasa. Diiringi dengan ekspresi wjah
yang lembut, tenang dan manis, Guan Yin berbaju putih mencerminkan
kebijaksanaan, ketenangan dan rasa kasih yang tak terhingga besarnya. Wajah
inilah yang telah banyak memberikan ketenangan batin pada hati para pemujanya.
Bagaimana agar kita dapat menjadi penganutnya yang setia?
Beberapa petunjuk dari mereka yang percaya yang telah mengalami sendiri rahmat
dari Guan Yin mengatakan bahwa untuk menjadi penganutnya orang tidak boleh
begitu saja percaya secara membabi buta dan bersembahyang setiap hari, tapi
tetap dengan ingatan yang mementingkan diri sendiri. Harus melalui praktek
perbuatan yang mencerminkan watak – wataknya seperti ramah – tamah, sering
berbuat amal, sabar teguh hati, suka menolong, suka berbuat sesuatu yang memberikan
manfaat bagi orang banyak dan meditasi. Dengan praktek – praktek seperti itu
orang akan mendekatkan batinnya kepada Guan Yin dan menjadi pengikutnya.
Dilihat dari sini, kita merasakan bahwa sebetulnya pemujaan Guan Yin mengandung
suatu ajaran moral yang tinggi.
Kalau kita perhatikan , semua wajah dari patung Guan Yin
tentu memiliki mata yang bisa kita katakan setengah terbuka dan setengah
tertutup. Mata yang begini, dalam ilmu kebatinan Budhisme mempunyai arti
keselarasan yang sempurna dari kehidupan lahir dan batin, sebab sebagian
pandangan untuk melihat dunia luar dan sebagian lain untuk melihat dalam diri
sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa GuanYin selalu mengingatkan manusia agar
selalu menjaga keseimbangan dunia luar dan batin kita dengan segala
kecenderungan.
Guan Yin Tangan Seribu
Seperti kita sebutkan bahwa salah satu bentuk Guan Yin yang
terkenal adalah GuanYin bertangan seribu ( bermata seribu) atau Qian-shou
qian-yan Guan Yin. Sebetulnya kalau kita hitung dengan teliti,jumlah lengannya
hanya 39 dan masing – masing menggenggam benda pusaka keagamaan, yang terbanyak
berupa bunga dan senjata penakluk iblis. Pada tiap telapak tangan terdapat
sebuah mata. Dalam legenda dikisahkan pada waktu ia sedang dalam meditasi dan
merenungkan tugasnya untuk menyelamatkan dan kebahagiaan semua mahluk yang
berdosa, kepalanya tiba – tiba terbelah menjadi seribu kepingan, tepat pada
saat ia menyadari betapa berat dan besarnya hal yang dilakukan itu.O-mi-tuo-fo
(Amitabha), Bapak pembimbingnya, cepat datang untuk menolong dan menghidupkan
kembali Guan Yin serta juga memberikan kesakitan untuk berubah menjadi bentuk
kepala seribu itu. Matanya yang seribu, melambangkan watak Guan Yin yang penuh
belas kasihan, mampu melihat segala hal, sedangkan tangan seribu melambangkan
kemampuannya menolong umat manusia dimana saja dan kapan saja.
Semua bentuk Guan Yin baik itu wanita atau pria berkepala
tunggal atau ganda, bertangan sepasang atau banyak , dengan ekspresi wajah
bengis atau penyabar, mempunyai arti sendiri – sendiri. Dan yang harus diingat,
apapun bentuknya, GuanYin tetap menampilkan wataknya yang pengasih dan
penyayang,bahkan walau ditampilkan dalam bentuk bermata dan bertangan seribu,
sekalipun, beliau tidak kehilangan watak aslinya yang luhur.
Di kelenteng Pu Ning Si yang terletak di dalam komplek Istana
Kekaisaran untuk persinggahan musim panas, di Chengde, Tiongkok Utara,terdapat
sebuah patung Guan Yin yang bertangan seribu terbuat dari pahatan kayu, yang
merupakan patung kayu terbesar di dunia, patung ini tingginya 22 meter dan
dibikin pada tahun 1755.
Kemukjijatan Guan Yin.
Diantara para Dewata yang dipuja di klenteng – klenteng, Guan
Yin bagi penganutnya dianggap paling sering menurunkan kemujijatan. Seorang
yang telah membaca mantra : Namo Da-Bei Guan Shi Yin Pu Sa, dengan penuh
ketulusan akan menerima pertolongannya lambat atau cepat, tergantung dari karma
orang tersebut pada saat mengucapkan, dan kadar kesungguhan dari mantranya.
Kemujijatan Guan Yin banyak disaksikan dan diceritakan oleh
para pemujanya. Kalau kita pernah bertatap muka dengan mereka, tentu ada saja
keajaiban yang dituturkan selama memuja Guan Yin. Seperti Perawan Suci, Maria,
dalam agama katholik, yang seringkali dilaporkan menampakkan diri atau
melakukan mujijat penyembuhan seperti di Lourdes, atau patungnya mencucurkan
air mata, begitu juga Guan Yin Pu Sa. Yang kami tulis disini ada beberapa
peristiwa baik yang dicatat dalam kitab suci maupun pengalaman atau kesaksian
seseorang :
1). Yang termuat dalam kitab penting Agama Buddha,
fayuan-zhu-lin, antara lain menceritakan tentang hal ihwal Sun Jing De (Sun
Keng Tek – Hokkian). Sun Jing De adalah seorang pegawai negeri bagian urusan
social di kota Dingzhou, yang hidup di negeri Wei. Sun Jing De ini sangat tekun
bersembahyang kepada Guan Yin dan juga telah membuat sebuah patung Sang Dewi.
Suatu ketika ia dilibatkan dalam suatu peristiwa perampokkan oleh salah seorang
pelakunya. Tanpa pemeriksaan dan penelitian lagi, Sun Jing De secara
serampangan lalu dijatuhi hukuman mati. Malam menjelang pelaksanaan hukuman
mati, ia bermimpi bertemu seorang pendeta yang mengajarinya untuk membaca Do’a
yang kemudian terkenal dengan nama Gao Wang Guan Shi Yin Jing, (Ko Ong Kuan Si Im
Keng – Hokkian) sebanyak seribu kali agar dapat terbebas dari kematian.
Paginya, pada saat digiring ke tempat pelaksanaan hukuman mati, Sun Jing De
terus membaca do’a itu. Tepat pada pelaksanaan hukuman mati akan dilaksanakan,
Sun Jing De berhasil mencapai jumlah do’a keseribu, dan pada saat golok lagojo
menabas batang lehernya, terjadilah mujijat. Golok itu pecah menjadi dua. Semua
orang yang hadir di tempat situ heran. Samapai tiga kali algojo mengganti
goloknya, tapi tetap saja Sun Jing De tidak terluka sedikitpun. Ketika diteliti
pada leher, patung Guan Yin buatan Sun Jing De di rumahnya, ternyata terdapat
tiga garis seperti bekas benda tajam. Menerima laporan ini, perdana menteri
negeri itu, Gao Huan, lalu memerintahkan agar Sun Jing De dibebaskan dari semua
perkara, dan dianjurkan agar do’a Gao Wang Guan Shi Ying Jing itu ditulis dan
disebarkan. Sejak itu dari do’a penolong Guan Yin ini terkenal sampai sekarang.
2). Sun Dao De, seorang yang hidup pada jaman dinasti Jin,
sangat gemar berdo’a. pada umur 50 tahun belum dikarunia seorang anak. Seorang
bikkhu yang tinggal dalam kelenteng dekat rumahnya menganjurkan agar membaca
Guan Yin Jing (Koan Im Keng) sejak itu tak lama lagi isteri hamil dan kemudian
melahirkan anak laki – laki.
3). Pada tahun 1923 bulan Maret, seorang perwira angkatan
darat yang sering disebut sebagai Zhang Jiang-Jun, berangkat bersama
keluarganya dari Shanghai ke Nanjing dengan pesawat terbang. Setelah mengudara
beberapa saat, tiba-tiba pesawat itu mengalami gangguan mesin dan mulai tidak
dapat dikuasai. Zhang Jiang-jun yang biasanya sering membaca Do’a penolong Guan
Yin, lalu mengajak semua orang yang ada di situ untuk berdo’a bersama. Baru
saja berdo’a, dari jendela pesawat tampak Dewi Guan Yin muncul dengan tersenyum
diantara awan, dan pesawat yang hamper menhunjam ke bumi itu mendadak dapat
kembali naik dengan mesin hidup kembali. Sekretaris Zhang Jiang-jun sempat
memotret wajah Guan Yin yang muncul diantara awan itu.
4). Pada tahun 1973 seorang perwira angkatan udara Amerika
(USAF) yang sedang mengadakan penerbangan patroli di atas selat Taiwan, melihat
segerombolan awan hitam yang bentuknya aneh, dia lalu memotretnya. Setelah
hasil bidikan kamera itu dicuci, tampaklah gambaran Guan Yin sedang berdiri di
atas seekor naga yang sedang terbang. Peristiwa ini sanggat menggemparkan dan
sempat dimuat oleh beberapa surat kabar terkemuka.
5). Peristiwa ajaib terjadilah pada tahun 1977 bulan Juni.
Patung Guan Yin besar yang ada di Port Stanley, Hongkong telah bergerak secara
ajaib. Kejadian didahului dengan memancarnya sinar dari batu permata yang
ditempelkan pada dahi patung yang bersangkutan, dan disaksikan oleh banyak umat
yang pada waktu itu sedang khitmah berdo’a. berita ini sempat dikutip oleh
Pikiran Rakyat, Bandung, terbitan 7 – 6 – 1977, dari salah satu harian di
Hongkong.
6). Seorang penulis dari Malaysia, Guan Ming, menceritakan
pengalamnnya yang dimuat dalam buku yang berjudul “Popular Deities of Chinese
Buddhisme” terbitan tahun 1985. pada pemulaan tahun 1979 penulis itu mengalami
suatu peristiwa spiritual luar biasa yang telah merubahnya menjadi penganut
Buddhist yang taat. Berminggu- minggu ia berdo’a kepada Tuhan untuk kesembuhan
adik lelakinya yang mengidap kanker ganas. Rupanya do’a itu didengar oleh Yang
Maha Kuasa dan secara tidak terduga Guan Yin Pu Sa muncul dihadapannya. Guan
Yin tidak hanya menjanjikan kesembuhan buat adik lelakinya, tetapi juga
mengatakan bahwa ia akan dikarunia seorang putra tahun berikutnya. Adiknya yang
dinyatakan dokter hanya dapat bertahan hidup beberapa minggu lagi, ternyata
sembuh total, dan dikaruniai seorang anak laki – laki pada tahun 1980, tepat
seperti yang telah diucapkan oleh Guan Yin. Sejak itu sang penulis lalu
mendirikan perkumpulan do’a Guan Yin yang berpusat di Malaysia, untuk
menyebarkan agama Buddha dan memuja Guan Yin.
Membicarakan kemukjijatan Guan Yin mungkin akan memerlukan
buku setebal Encyclopedia Britanica, karena tiap pemuja mempunyai cerita
tersendiri tentang pengalamannya. Untuk mempercayai hal-hal demikian bagi orang
awam memang tidak mudah, tapi apabila kita berkeyakinan bahwa semua agama
adalah berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan diturunkan melalui Nabi –nabi
yang berlainan adat kebiasaannya, dan pada jaman yang berbeda- beda, kita tidak
usah heran akan kemujijatan seperti itu, sebab hal demikian – pun terjadi juga
kepada penganut Agama – agama lain, dengan catatan mereka benar – benar
melaksanakan ajarannya secara benar dan tulus. Sebab beragama itu sesungguhnya
adalah pengalaman pribadi dan tidak dapat di paksakan kepada orang lain yang
tentunya punya pengalaman yang berlainan tentang kita. Jadi yang benar adalah
kita betul – betul melaksanakan ajaran agama masing – masing yang sesuai dengan
diri kita dan mengamalkannya tanpa harus mencemooh kepercayaan orang lain
dengan menganggap yang kita yakini adalah yang paling benar.dengan demikian
kita dapat hidup dengan tentram dan damai jauh dari kegelisahan dan kemurkaan
yang merusak batin.
Ahli Sejarah Bebicara Tentang Guan Yin
Ahli sejarah tentu saja mempunyai perbedaan pandangan dengan
para pemuja dalam membicarakan tentang Guan Yin. Bagi mereka segala kemujijatan
serta keajaiban yang dikaitkan dengan Guan Yin adalah sebuah dongeng yang sulit
diterima oleh pikiran – pikiran ilmiah.
Yang mereka cari adalah apakah Guan Yin sungguh – sungguh
berasal dari Avalokitesvara ataukah lebih dari itu. Memang berdasarakan catatan
sejarah, pemujaan Guan Yin dimulai pada waktu Kumarajiva, seorang Biksu dari
India, yang datang ke Tiongkok pada tahun 409, semasa Dinasti Jin. Setelah
Kumarajiva menterjemahkan Sutra Fa Hua Jing ke dalam bahasa Tiongkok, pemujaan
Guan Yin mulai umum. Pada masa kerajaan Liang (502 – 577 M) kebiasaan itu masih
popular, dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Wen Zong (827 –
840 M) dari dinasti Tang. Masalahnya kemudian adalah dari mana pemujaan ini
berasal dan pengaruh apa yang menyebabkan.
Seorang sarjana berpendapat bahwa pemujaan Guan Yin berasal
dari Syria dan Persi. Ia menganggap bahwa air suci dalam botol yang dibawa oleh
Guan Yin sama dengan Atargatti, seorang dewi yang banyak dipuja Syria dan
Persi, yang membawa air kehidupan. Yang lebih mengutarakan dugaan adalah
Atargatti adalah dewi ikan, Guan Yin sering kali ditemani seekor ikan tambera.
Tapi anggapan ini dapat dibantah. Kesamaan air suci antara kehidupannya memang
boleh jadi hanya kebetulan. Tentang ikan yang menemani Guan Yin, ternyata bukan
ciri khas Guan Yin seorang, sebab banyak dewata Buddhisme lain yang dipuja juga
ditemani oleh ikan, terutama ikan tambera. Ikan tambera bagi orang Tionghoa
mempunyai makna khusus yaitu lambang kegigihan dalam berjuang. Ahli sejarah
lain berpendapat bahwa pemujaan Guan Yin dipengaruhi oleh budaya dari Mesir.
M.C. Well dalam bukunya Panggung Sejarah Dunia, mengatakan “agama Dao di
Tiongkok mempunyai seorang dewi yang disebut Sheng Mu atau Tian Hou. Kemudian
namanya dirubah menjadi Guan Yin. Guan Yin sebetulnya dewata pria, yang mirip
dengan Dewi Mesir ISIS. Isis inilah yangmempengaruhi Guan Yin, kehidupannya
juga merupakan dewi lautan “. Sementara ini Gu Jie Gang dalam bukunya “Urutan
Analisa Sejarah Kuno” mengatakan :” Yama atau Yan Luo (yaitu raja Akherat)
bukanlah melulu ada di India saja, ini juga pengaruh dari Mesir. Yan Luo
mungkin adalah penguasa akherat dari sungai nil yang bernama Osiris. Nil dalam
bahasa Tiongkok adalah Niluo, suaranya mirip dengan Yan Luo. Kalau pendapat ini
benar, maka dapat disimpulkan bahwa Guan Yin memang berasal dari Mesir”.
Mengenai pendapat ini, Li Sheng Hua seorang ahli sejarah dari
Taiwan, dalam bukunya Guan Shi Yin Pu Sa Zi Yanjiu atau penelitian tentang Guan
Yin, mengatakan tidak setuju. Ia berpendapat bahwa dalam dongeng Mesir. Isis
adalah isteri dari Osiris. Tapi di Tiongkok, menurut Li Sheng Hua, Guan Yin dan
Yan Luo memiliki kedudukan yang sangat berbeda, dan tidak pernah ada yang
mengatakan bahwa Guan Yin adalah isteri Yan Luo. Dengan ini jelas tidak bisa
disimpulkan bahwa Guan Yin berasal dari Mesir. Patung Isis yang menggendong
anak, sama sekali tidak mirip dengan Guan Yin yang dalam pose serupa. Mengenai
pendapat bahwa Isis dan Guan Yin sama – sama dewi Laut, ini merupakan kesamaan
yang bersifat psykologis dari angan – angan manusia saja. Memang Guan Yin
sebetulnya adalah Dewa bukan Dewi, tapi masyarakat sudah terlanjut
menganggapnya sebagai Dewi, dan Dewi Welas Asih yang ada dari pelbagai Negara,
umumnya juga merangkap menjadi Dewi Pelindung Lautan. Seperti halnya Dewi Welas
Asih dari Agama Katholik Roma, Mater Dei dan Lain – lain, Guan Yin mempunyai jabatan
yang sama. Selanjutnya Li Sheng Hua beranggapan bahwa untuk menerangkan masalah
ini tidak cocok apabila digunakan teori penyebaran dongeng (Theory of Mythic
Diffusion) tapi akan lebih cocok kalau dipakai “teori kesamaan cara berpikir
secara kejiwaan” (The Theory of Similaruty of Mental Working). Kecuali pendapat
– pendapat di atas, ada lagi suatu anggapan yang mengatakan bahwa pemujaan Guan
Yin sesungguhnya berasal dari Maria – nya orang kr****n. Pada jaman dinasti
Tang, Agama kr****n Nestorian memasuki Tiongkok dan mulai berkembang. Seorang
pendetanya, Alopen, tiba di Changan, ibukota kerajaan Tang, pada tahun 635.
tiga tahun kemudian ia memperoleh ijin untuk mendirikan kuil di sana. Oleh
orang Tionghoa, Agama Nestorian ini disebut Jing – jiao.
Ahli – ahli sejarah yang mendukung teori bahwa Guan Yin
adalah “pinjaman” dari Marianya agama Jiang – jiao mengatakan bahwa :
1). Agama Nestorian memuja Maria seperti kaum Katholik
sekarang. Nestorian mula berkembang pada jaman dinasti Tang, pada jaman
sebelumnya tidak ada Guan Yin yang ditampilkan sebagai wanita, barulah sesudah
kaum Nestorian memperkenalkan Maria, maka bermunculan Guan Yin yang berbentuk
wanita. Memang pada jaman Song (jaman sesudah dinasti Tang)masih ada Guan Yin
yang ditampilkan sebagai pria. Ini hanya disebabkan karena penyebaran pemujaan
Guan Yin sebagai wanita belum merata.
2). Orang yahudi tidak mengenal perbedaan kasta. Mereka, baik
kaya atau miskin sama – sama tidak bersepatu. Dan Guan Yin juga selalu
ditampilkan tanpa memakai alas kaki atau sepatu.
3). Maria dianggap Bunda Suci, sangat menyukai bunga mawar.
Oleh kaum Buddhist, mawar kemudian di ganti dengan teratai. Sering juga Maria
ditampilkan dengan memegang daun palem, yaitu kebiasaan orang Yahudi untuk menandai
orang yang suka damai. Oleh kaum Buddhist, sebagai ganti daun palem, Guan Yin
digambarkan membawa cabang Yang Liu (Willow). Meskipun tidak sama, perbedaan
ini masih bisa ditelusuri asalnya.
4). Kaum Nestorian menganggap bahwa Maria mempunyai kekuasaan
untuk membuat mukjijat, siapa berdo’a mohon kepadanya akan tertolong. Maria di
anggap Dewi welas Asih yang dapat juga memberikan anak pada pemujanya. Pemujaan
Guan Yin bagi kaum Buddhist juga mempunyai tujuan seperti itu.
Terhadap pandangan–pandangan ini. Li Sheng Hua tidak dapat
menerima Ia berpendapat :
1). Kaum Nestorian sebetulnya tidak memuja Maria. Pendiri
aliran ini, Nestro karena menolak penghormatan kepada Bunda Suci Maria, dipecat
dari induk agamanya. Pada waktu itu kaum kristenn percaya bahwa Maria
melahirkan putra Allah. Hanya aliran Nestorian saja yang tak menyetujuinya.
Mereka hanya mengijinkan menggantungkan gambarnya sebagai tanda penghormatan,
tetapi melarang pemujaan patungnya. Perbedaan waktu antara berdirinya aliran Nestorian
dan masuknya ke Tiongkok tidak lama. Jadi mustahil kalau penganutnya di
Tiongkok melupakan peraturan agamanya yang asli, lalu memuja Maria.
2). Kalau dikatakan bahwa karena Guan Yin dilukiskan tidak
memakai sepatu, maka ia adalah tiruan, dari Maria, pendapat ini salah sama
sekali. Penemuan patung dan gambar – gambar Buddha dari jaman sebelum dinasti
Tang sudah digambarkan dengan tidak memakai sepatu, jadi jauh sebelum agama
Nestorian masuk. Tidak hanya Guan Yin yang telanjang kakinya, Arhat dan
Boddhisatva lain juga begitu.
3). Sebutan Dewi Welas Asih, pengasih dan Penyayang bagi Guan
Yin Pu Sa, sudah ada pada kitab Suci fa-yuan-zhu-lin. Dalam kitab suci itu
terdapat bagaian yang memuat Mantra Pemusnah Karma Jahat menyebutkan Namo Guan
Shi Yin Pu Sa ……Maha Pengasih dan Maha Penyayang…Penolong kesusahan dan
Penolong Kesengsaraan….”. perlu diketahui bahwa Fa-yuan-zhu-lin ditulis oleh
pendeta Dao Shi dari Vihara Ming Si pada jaman permulaan dinasti Tang. Jelas
ini belum dipengaruhi oleh ajaran Nestorian yang pada waktu itu belum masuk.
Kalau kitab Suci ini masih diragukan, masih ada kitab lain yang lebih tua
misalnya Fa Hua Jing yang juga memuat Guan Yin Yang Maha Penyayang itu.
4). Patung Buddha digambarkan bertangan banyak dan membawa
teratai. Teratai adalah lambing kesucian. Buddha Gautama dilahirkan pun dengan
menginjak teratai. Sedangkan cabang pohon Yang-liu yang dibawa Guan Yin adalah
pengaruh taoisme. Kaum Taoist punya kebiasaan menggunakan dahan Yang-liu untuk
memercikkan air dalam upacara mengusir roh – roh jahat, dan menyembuhkan
penyakit. Jadi jelas bukan merupakan tiruan dari pohon Palem yang dipegang oleh
Bunda Maria.
Sedangkan pendapat yang mengatakan Guan Yin berasal dari
India, adalah lebih tepat, tanpa perlu diragukan lagi keabsahannya. Tapi harus
diingat bahwa Guan Yin India yaitu Avalokitesvara, hanya sebagai pendorong
permulaan saja. Selanjutnya, baik dalam wujud penampilan dan sifat pemujaannya,
Guan Yin telah sepenuhnya bersifat Tionghoa seratus persen, yang dipengaruhi
oleh Taoisme.
No comments:
Post a Comment