“Apa yang terjadi sesudah kita mati ?.”
Ada tiga macam jawaban untuk pertanyaan itu, yaitu :
- Mereka yang percaya pada adanya “Tuhan penguasa semesta” akan menjawab, bahwa setelah mati seseorang akan ditempatkan di Surga abadi atau Neraka abadi, tergantung pada perbuatan atau agama orang itu.
- Yang lain mengatakan bahwa bila hidup seseorang berakhir, keberadaannya juga berakhir. Ini adalah kepercayaan “Kemusnahan pada kematian“, yang merupakan pandangan materialistik.
- Sang Buddha berkata bahwa setelah kematian, kita akan terlahir pada kehidupan baru, dan bahwa proses mati dan terlahir kembali ini akan berkelanjutan sampai kebebasan Nibbana tercapai.
Agama Buddha menganggap kedua pandangan diatas tidak benar
dan tidak lengkap.
Pandangan pertama ditolak karena tidak masuk akal, tidak adil
dan kejam. Si Jahat tidak semestinya dilaknat hukuman abadi di Neraka, juga Si
baik tidak semestinya dianugerahi Surga abadi, hanya karena berbuat kejahatan
atau kebaikan dibumi selama 60 atau 80 tahun atau Sepanjang hidupnya sekalipun,
masa 60 atau 80 tahun tidak sebanding dengan kebahagiaan atau kesengsaraan
abadi yang diterimanya.
Juga adalah tidak masuk akal bahwa “ Tuhan yang semestinya
Maha Pengasih ” mencampakkan dan menghukum “ Ciptaannya” berupa
siksaan dan kesakitan selama jangka waktu yang tidak terbatas/abadi.
Pandangan diatas juga tidak bisa menjawab banyak
pertanyaan-pertanyaan penting sehubungan dengan itu, seperti :
* Apa yang dialami para binatang setelah mati ?,
* Apa yang terjadi pada jutaan bayi yang mati dalam kandungan
?
* Apa yang terjadi dengan bayi yang begitu lahir segera mati
?, apakah mereka ke Surga atau ke Neraka?.
Kalau ke Surga, maka jelas tak adil, sebab mereka belum
pernah berbuat baik, lalu bila ia dihukum di Neraka, juga tidak adil
karena mereka belum sempat berbuat kejahatan.
Pandangan materialistik, juga tidak dapat menjawab banyak
pertanyaan-pertanyaan mendasar. Para kaum materialistik sulit menjawab fenomena
kompleks, misalnya bagaimana kesadaran manusia yang timbul setelah pertemuan
dua sel kelamin dan perkembangannya selama 9 bulan.
Saat ini, setelah Parapsikologi telah diterima sebagai cabang
ilmu pengetahuan, fenomena seperti telepati dan sebagainya, bertambah tidak
cocok dengan pandangan kaum materialistik tentang batin manusia. Agama Buddha
menawarkan keterangan yang sangat memuaskan tentang darimana kita datang dan
apa yang akan terjadi setelah kita mati.
Proses kelahiran kembali, yang disebut Punabbhava,
secara harfiah berarti “ Menjadi lagi ”.
Sang Buddha berkata:
“ untuk dapat terlahir kembali, Tiga syarat harus dipenuhi :
Sepasang( Calon ) Orang tua yang subur,
hubungan seksual dan adanya gandhabba”
(Majjhima Nikaya I : 265).
Istilah gandhabba berarti “ Datang dari tempat lain “,
mengacu pada suatu arus energi batin yang terdiri dari
kecenderungan-kecenderungan, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri karakteristik
yang meninggalkan badan yang telah mati.
Ketika badan mati, “ Batin bergerak
keatas ” /uddhamgami . (Samyutta Nikaya V : 370 ) , dan
mengembangkan diri lagi pada sel telur (calon) ibu, yang baru saja
dibuahi.
Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru
dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa ( dari
kehidupan lampau ) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah
dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan
lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan
sebagainya, yang dikenal sebagai “ Sifat bawaan dari sejak lahir “ pada
setiap individu sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan
kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada
tingkat-tingkat tertentu adalah hasil (vipaka ) dari perbuatan ( kamma ) kehidupan
lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan
di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.
Secara sederhana, untuk dapat mengerti bagaimana “ Batin
berpindah ” dari satu badan ke badan yang lain, maka kita dapat
membandingkannya dengan pancaran siaran radio. Gelombang radio, yang jelas
memang tidak terdiri atas musik atau pidato, namun adalah energi pada
frekwensi-frekwensi yang berbeda, dipancarkan lewat angkasa, tertarik dan
ditangkap oleh pesawat penerima/radio yang kemudian disiarkan sebagai musik
atau pidato. Dengan cara yang sama, “batin” meninggalkan badan pada saat kematian,
bergerak diangkasa, tertarik dan masuk ke sel telur yang telah dibuahi dan di
“siarkan” sebagai suatu pribadi baru. (ada banyak Bukti-bukti ilmiah
yang mendukung, pendapat para filsuf dan laporan-laporan pendapat umum tentang
doktrin kelahiran kembali ini)
Doktrin kelahiran kembali amat menarik karena sangat adil.
Menurut pandangan agama lain, walau seorang berprilaku baik
dalam hidupnya, maka ia tetap saja dapat dihukum selamanya di neraka kekal,
karena dianggap memeluk agama yang salah.Ini jelas sangatlah tidak adil.
Karma dan kelahiran kembali berarti orang baik akan terlahir
baik, apapun agama yang dianutnya. Pula orang jahat akan tetap mempertanggung
jawabkan perbuatannya, walaupun ia“ Insaf ” dan mengubah agamanya
dimenit-menit terakhir kehidupannya. Doktrin kelahiran kembali juga
memungkinkan setiap orang untuk senantiasa mempunyai kesempatan lagi. Pandangan
agama lain, hanya memberikan kesempatan sekali saja. Apa yang dia perbuat dan apa
agama yang dianutnya pada masa hidupnya yang singkat ini, menentukan bagaimana
dia selamanya secara kekal. Sebaliknya, Sang Buddha menegaskan bahwa bila kita
gagal memurnikan diri kita pada kehidupan ini, kita masih dapat melakukannya
pada kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang berikutnya lagi. Kelahiran
kembali juga memungkinkan kita untuk senantiasa menyempurnakan keahlian dan
minat kita yang telah kita kembangkan saat ini, pada kehidupan yang akan
datang.
Dengan demikian, secara jujur beralasan bila dikatakan,
doktrin kelahiran kembali lebih dapat diterima, lebih adil dan lebih menarik
hati dibanding teori tentang masalah sesudah kematian yang lain.
Banyak orang enggan menerima doktrin kelahiran kembali karena
mereka tidak mampu memahaminya atau karena mereka tidak mampu mengingat
kelahiran mereka sebelumnya. Ini bukan alasan yang masuk akal. Kelahiran
kembali adalah suatu proses yang tidak dapat diamati dengan indera. Kelahiran
kembali tidak dapat ditemukan dengan pengukuran dan perhitungan matematis atau
menggunakan peralatan ilmiah dan mesin, tidak pula dapat difoto atau ditimbang.
Namun demikian, bukan berarti Kelahiran kembali itu tidak ada. Manusia modern
telah sampai pada kesimpulan bahwa ada begitu banyak hal di alam semesta ini
yang tidak dapat diamati dengan indera biasa, sekalipun dengan peralatan ilmiah
yang tercanggihpun.
Sang Buddha adalah ahli terbesar dalam hal kelahiran kembali
(Tumimbal lahir), Pada malam agung Pencerahannya, dalam pengamatan pertama Sang
buddha mengembangkan pengetahuan menyadari masa lampau yang memungkinkan
mengingat berbagai kehidupan lampaunya,
Sang Buddha berkata :
“ Aku mengingat kembali kehidupan-kehidupanku yang
lampau, yaitu satu kelahiran, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh,
seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran….. demikianlah aku
mengingat kembali kehidupan-kehidupanku yang lampau, terperinci berserta
ciri-cirinya. Inilah pengetahuan sejati pertama yang kucapai pada malam jaga
pertama…..”.
“ Aku melihat makhluk-makhluk mati dan lahir kembali, yang
hina dan yang mulia, yang cantik dan yang buruk, yang bahagia dan yang malang.
Aku melihat bagaimana makhluk-makhluk itu melanjutkan kehidupannya sesuai
dengan perbuatan-perbuatannya. Inilah pengetahuan sejati kedua yang kucapai
pada malam jaga kedua… “. (Majjhima Nikaya 36).
Ini adalah ungkapan paling awal dari Sang Buddha sehubungan
dengan pertanyaan tentang Kelahiran kembali. Hal ini secara meyakinkan
membuktikan bahwa Sang buddha tidak meminjam kebenaran Kelahiran kembali dari
sumber-sumber lain yang telah ada, tetapi Beliau berbicara berdasarkan
pengetahuan pribadi, pengetahuan yang dikembangkan oleh diri sendiri dan yang
juga dapat dikembangkan oleh orang lain.
Dalam Dhammapada XI ; 153, Sang Buddha bersabda :
“Dengan melalui banyak kelahiran,
aku telah mengembara dalam samsara
(siklus kehidupan).
Terus mencari,
namun tak kutemukan pembuat rumah (Tubuh) ini,
Sungguh menyakitkan
kelahiran yang berulang-ulang ini ”.
Pernahkah kita pada suatu saat, disuatu tempat, berjumpa
dengan orang yang belum pernah kita temui sebelumnya, tetapi secara naluriah
terasa sudah tidak asing lagi dengan orang tsb ?. Bahkan kadang kita tak habis
berpikir , Mengapa kita tidak menyukai orang itu, padahal kita tidak saling
mengenal sebelumnya ?.
Pernahkah kita mengunjungi suatu tempat yang belum pernah
kita kunjungi sebelumnya dan secara naluriah terkesan bahwa kita benar-benar
mengenali lingkungan sekitarnya dan “merasa” bahwa kita pernah ketempat itu
sebelumnya ?
Pernahkah disuatu saat, disuatu tempat, kita sedang berkumpul
dengan teman atau keluarga kita, dan pada momen tertentu tiba-tiba naluri kita
merasakan bahwa situasi dan kondisi seperti itu pernah kita alami sebelumnya?.
Inilah suatu bukti nyata bahwa kehidupan dimasa lalu adalah
suatu kebenaran adanya. Walaupun ,kebanyakan orang tidak bisa mengingat
kehidupan sebelumnya, bahkan tidak mengingat kejadian-kejadian pada masa
kecilnya, bahkan kejadian-kejadian sebulan yang lalupun tidak dapat diingatnya
dengan baik, dengan demikian tetap menjadi kenyataan bahwa pikiran manusia
tampaknya bekerja dengan suatu cara dimana tidak bisa mengingat seluruh
peristiwa yang telah lampau.
Pikiran dan cara kerjanya, pada umumnya tidak dimengerti oleh
kebanyakan orang. Sedikit yang tahu bahwa “ Ingatan bawah sadar ”
merupakan bagian besar dari pikiran yang tidak biasa kita manfaatkan.
Sebenarnya dalam bagian pikiran inilah selamanya tersimpan seluruh ingatan
pengalaman-pengalaman / kesan-kesan lampau kita, termasuk kehidupan-kehidupan
sebelumnya.
Ilmu pengetahuan modern menerima hipotesis bahwa dalam bawah
sadar terdapat ingatan lengkap, tidak hanya seluruh rincian kehidupan saat ini,
namun termasuk juga tahap-tahap kesadaran lampau yang sejajar dengan kehidupan
kita saat ini. Adalah hal yang baik, kita tidak ingat berbagai kekeliruan,
kesengsaraan dan prasangka pada kehidupan lampau kita, karena hal itu dapat
membuat hidup kita menjadi sangat berat. Ada Kelahiran kembali dalam alam yang
bukan manusia, dimana kesan-kesannya tidak tercatat secara jelas. Serangkaian
kehidupan semacam itu praktis menghapuskan seluruh ingatan.
Banyak ahli spiritual Barat yang telah menerima Doktrin
Kelahiran kembali sebagai suatu fakta, karena merupakan satu-satunya penjelasan
yang masuk akal terhadap hal-hal tertentu yang ternyata tidak sesuai dengan
konsep ahli spiritual yang lain.
Sekedar contoh, diketahui bahwa dengan perantaraan ahli
spiritual dimungkinkan untuk berhubungan dengan orang-orang tertentu yang telah
mati, sementara dengan orang lain ternyata tidak dapat. Hal ini selalu menjadi
kesulitan besar bagi para ahli spiritual. Namun ajaran Sang Buddha dapat
menjawab dengan sederhana,
Sang Buddha bersabda :
“ Dan apa beragam kamma itu ?
Adalah kamma yang akan berbuah di alam neraka,
di alam binatang, di alam asura, di alam preta,
di alam manusia,
pula ada kamma yang berbuah di alam dewa .”
(Angutta Nikaya III : 414).
Dengan demikian jelas, tidak semua makhluk bertumimbal lahir
dalam alam spiritual, lebih jauh lagi, beberapa alam kehidupan ini terlampau
jauh dari alam manusia untuk dijangkau oleh para perantara (cenayang) pada
umumnya.
No comments:
Post a Comment