WU LU CHAI SHEN ( DEWA REKSA ARTA / DEWA REJEKI 5 PENJURU )
DEWA REKSA ARTA,
Dalam mitologi China, banyak tokoh yang dapat dijadikan
panutan bagi pengembangan batin dan moralitas. Tak ada batasan strata maupun
gender yang menjadi aral dalam pembentukan karakter bijaksana tersebut, Mereka
dapat dari kalangan apa saja, Bangsawan ataupun jelata, Laki-laki maupun
perempuan.
Sebab sosok demikian, murni lahir dan berangkat dari sebuah
cita luhur. Maka dalam perkembangan zaman, mereka tidak pernah dapat dilupakan
oleh rakyat. Menjadi legenda turun-temurun, diteladani dan disanjung setinggi
langit. Mereka adalah maharesi yang mengisi dunia ini dengan cinta dan kasih.
Mereka adalah manusia-manusia yang diradi Langit. Dan salah satunya adalah Zhao
Gong Ming, Sang Dewa Reksa Arta.
Sesungguhnya ada dua sosok Sang Dewa Reksa Arta yang merupakan jelma jelata menjadi totem di Langit. Sosok pertama adalah Dewa Reksa Arta Wu dan yang kedua adalah, Dewa Reksa Arta Wen. Dalam kepercayaan masyarakat Tiongkok kuno, masing-masing ‘dewa’ tersebut memiliki tugas dan tanggung-jawab masing-masing. Pembedaan lainnya adalah, mereka secara ‘jasadi’ memiliki bentuk sosok yang lain di antara masing-masing figur.
Sesungguhnya ada dua sosok Sang Dewa Reksa Arta yang merupakan jelma jelata menjadi totem di Langit. Sosok pertama adalah Dewa Reksa Arta Wu dan yang kedua adalah, Dewa Reksa Arta Wen. Dalam kepercayaan masyarakat Tiongkok kuno, masing-masing ‘dewa’ tersebut memiliki tugas dan tanggung-jawab masing-masing. Pembedaan lainnya adalah, mereka secara ‘jasadi’ memiliki bentuk sosok yang lain di antara masing-masing figur.
Penggambaran Dewa Reksa Arta Wu misalnya, berwajah
hitam mengenakan zirah besi khas bentara kekaisaran dengan tangan memegang
‘koin’ tipikal kuna Tionggoan. Ia kerap menunggangi seekor macan hitam
sementara tangannya yang lain memegang cemerti sakti. Cikal bakal penembahan
Dewa Reksa Arta Wu ini bermuasal dari moralitas dan dedikasi yang telah
diaplikasikannya bagi lingkungan rakyat sekitarnya.
KISAH DEWA REKSA ARTA WU, versi 1.
Tersebutlah Zhao Gong Ming. Ia merupakan salah satu
jelata yang berasal dan lahir di Zhao Nan Shan, Tiongkok. Hampir sepanjang
perjalanan semasa kecil dan mudanya, ia berkubang terus-menerus di dalam
kemiskinan. Praktis Zhao Gong Ming muda menggantungkan hidupnya dari mengemis
belas kasihan orang-orang.
Semua ini demi menghidupi ibunya yang sudah tua dan uzur.
Legenda mengungkap bahwa ‘dewata’ di Langit tersentuh oleh baktinya yang
demikian besar terhadap ibunya itulah, sehingga kemudian ia diberi anugerah
rezeki melimpah. Pada suatu ketika, ketika rundungan kelaparan yang nyaris
merenggut nyawa kedua ibu-beranak itu, maka ‘dewata’ menurunkan sebuah ‘mangkuk
sakti’ yang dapat menghasilkan harta emas.
Maka, sejak saat itu, Zhao Gong Ming menjadi salah satu
orang terkaya di desanya. Berbekal karunia ‘kekayaan’ dari Langit itu pula ia
membantu penduduk miskin tanpa berpamrih dan tanpa pandang bulu. Ia menjadi
satu-satunya dermawan yang tidak angkuh dan sombong. Ia disayangi oleh rakyat.
Dan sejak saat itu pula namanya mulai melegenda.
Namun keberhasilannya senantiasa menangkup bagai jelaga awan
hitam di atas langit. Zhao Gong Ming yang berpekerti baik, dimusuhi oleh
beberapa bangsawan dan saudagar jahat yang menganggapnya telah merenggut
popularitas mereka. Simpati penduduk terhadap Zhao Gong Ming yang palamarta
pula dianggap sebagai hal yang memalukan bagi mereka yang berstatus sosial
tinggi. Sebab sudah turun-temurun keluarga mereka telah menjadi pandega dan
pemuka masyarakat.
Maka pada suatu ketika, mereka berkonspirasi untuk
melenyapkan nyawa Zhao Gong Ming. Mereka lalu membayar beberapa perewa untuk
melakukan aksi tidak berperikemanusiaan tersebut.
Dan dalam sebuah skenario insiden pembunuhan, para perewa
tersebut membakar tubuh Zhao Gong Ming sehingga jasadnya hancur mengarang dan
wajah insan berbudi luhur itu menghitam—inilah penggambaran mengapa wajah Dewa
Reksa Arta Wu Zhao Gong Ming adalah hitam.
Jiwa almarhum Zhao Gong Ming kemudian diangkat ke Nirwana
oleh Kaisar Langit, Yi Huang Da Di, dan berangkat dari kebajikan dan
kedermawanannya, maka ia dianugerahi sebagai Dewa Reksa Arta Wu.
Ia diberi amanat dan bertugas sebagai pemimpin ‘Asta Reksa
Pengrajin Emas dan Perak’, yang melindungi harta para dermawan dari perampok
atau saudargar hitam yang bersekutu dengan makhluk autotrop untuk mencuri. Ia
pulalah yang mengatur kekayaan insan di dunia sesuai pahala dan budi baik yang
mereka lakukan.
Mengemban tugas mulia dari Langit tersebut, Dewa Reksa Arta
Wu Zhao Gong Ming diberi seekor macan hitam sebagai kendaraan tunggang yang
loyal dan mengikutinya ke mana saja. Ia juga diberikan seekor burung Hong
Emas—phoenix—yang dapat menempuh jarak mahapanjang, dan bertugas sebagai infois
yang dapat membedakan insan batil maupun bajik.
Dari informasi burung Hong Emas itu pulalah maka ia dapat
menimbang ‘pembagian’ harta bagi masing-masing pelaku kebajikan. Semakin besar
pahala baik seseorang, maka makin besar pulalah rezeki dan harta yang akan
diperolehnya.
KISAH DEWA REKSA ARTA WU, versi 2.
Legenda tentang Dewa Reksa Arta ( Zhao Gong Ming ) sebenarnya
beredar dalam berbagai versi. Namun yang paling populer selain kisah di atas
tadi adalah pengisahan dirinya dalam cerita rakyat yang bernama Feng Shen Yan
Yi : Kisah Wisesa Widyaiswara Hong Sin.
Tersebutlah seorang pertapa bernama Zhao Gong Ming yang
tekun melatih dan mengasah pancacita demi pengembangan kehidupan rakyat yang
lebih baik. Ia tulus bersemedi di sebuah gunung bernama Omei.
Pada akhir kekuasaan Dinasti Shang, ia diundang oleh Kaisar
Zhou untuk menghadapi Jiang Zi Ya, yang merupakan tokoh penting anti
pemerintah rival utama Kekaisaran. Mengemban amar dari Sang Kaisar, ketika ia
turun gunung untuk mencari Jiang Zi Ya, Zhao Gong Ming dihadang seekor
macan berbulu hitam di sebuah hutan kaki gunung.
Pergulatan dengan binatang buas tersebut tak dapat
dihindari. Berbekal kesaktiannya sebagai maharesi, maka dengan mudah Zhao Gong
Ming dapat menaklukkan sang Macan Hitam itu. Selang berikutnya, ia dapat
membudaki macan berbulu hitam tersebut sebagai kendaraan tunggangnya. Sejak
saat itulah sang Macan Hitam bertubuh sebesar kuda itu menjadi abdi bagi Zhao
Gong Ming.
Akhirnya, bersama sang Macan Hitam, Zhao Gong Ming terus
mencecar dan memburu Jiang Zi Ya. Dalam sebuah pertemuan penuh amarah, mereka
bertarung sengit. Berbekal cemeti saktinya, Zhao Gong Ming dapat mengalahkan
Jiang Zi Ya. Nasib baik masih berpihak kepada Jiang Zi Ya, sebab ia dapat
meloloskan dirinya dari sergapan Zhao Gong Ming yang hendak membunuhnya.
Dengan tubuh luka-luka dan berlumuran darah, ia melarikan
diri dari cengkeraman sakratulmaut. Jiang Zi Ya yang tengah berputus asa
bertemu dengan seorang rahib Tao sakti, yang berasal dari daerah perbukitan
Khung Lung. Ia berguru ilmu pada maharesi itu. Dan setelah merasa sudah siap
untuk bertarung, maka ia berangkat untuk mencari Zhao Gong Ming.
Suatu ketika mereka bertemu dan bertarung kembali. Dalam
pertarungan tersebut, Jiang Zi Ya yang sudah memiliki kesaktian tinggi dapat
membunuh Zhao Gong Ming.
Setelah pertarungan itu, alkisah, Jiang Zi Ya yang
sesungguhnya seorang jelata berpekerti baik namun kontrapemerintah nan zalim,
mendapat karunia dari Langit. Ia diberi kitab ‘Yu Fu Jin’ dari Kaisar Langit
yang lebih lazim dikenal sebagai Yuan Shi Tian Cun.
Kitab tersebut merupakan wadah sakti yang dapat mengangkat arwah seseorang menjadi ‘dewa’. Memanuti amal dan putusan Langit yang memprioritaskan ‘dewa’ berasal dari manusia berbudi luhur, maka tanpa dilandasi ‘perseteruan’-nya yang pernah terjadi dengan Zhao Gong Ming semasa mendiang masih hidup sebagai manusia, ia mengangkat arwah ‘musuh’-nya itu menjadi ‘Jin Long Ru Yi Zheng Yi Long Hu Xuan Tan Zhen Jun’ atau Dewa Reksa Arta yang memimpin dan mengatur kekayaan manusia pada Dunia Belahan Timur.
Kitab tersebut merupakan wadah sakti yang dapat mengangkat arwah seseorang menjadi ‘dewa’. Memanuti amal dan putusan Langit yang memprioritaskan ‘dewa’ berasal dari manusia berbudi luhur, maka tanpa dilandasi ‘perseteruan’-nya yang pernah terjadi dengan Zhao Gong Ming semasa mendiang masih hidup sebagai manusia, ia mengangkat arwah ‘musuh’-nya itu menjadi ‘Jin Long Ru Yi Zheng Yi Long Hu Xuan Tan Zhen Jun’ atau Dewa Reksa Arta yang memimpin dan mengatur kekayaan manusia pada Dunia Belahan Timur.
Kemudian, tidak lama berselang pada saat bersamaan, Jian
Zi Ya pun menitahi Na Zhen Tian Cun Ji Bao,juga dewa bersetara sama
yang berasal dari manusia bajik, memimpin dan mengatur kekayaan manusia di
Dunia Belahan Barat. Zhao Cai Shi Zhe Deng Jiu Gong yang bermuasal
serupa mereka berdua tadi, memimpin dan mengatur kekayaan manusia di Dunia
Belahan Selatan. Dan terakhir adalah, Xian Guan Tao Shao Si. Tugas salah
satu dari empat Dewa Reksa Arta ini memimpin dan mengatur kekayaan manusia di
Dunia Belahan Utara.
Itulah ihwal empat sosok Dewa Reksa Arta yang ditugasi
mengatur kekayaan dan kemakmuran manusia. Kisah yang melegenda tersebut
disikapi sebagian masyarakat Tionghoa sebagai pedoman dalam pengembangan
pancacita : sebuah pencerahan batin dalam rangka pencapaian kebahagiaan,
kemakmuran, kesejahteraan, kekayaan, dan kesehatan. Bersama Jiang Zi Ya,
keempat dewa itu kerap disebut Wu Lu Cai Shen atau Dewa Reksa Arta Lima
Penjuru.
Dan setiap penanggalan lunar imlek yang jatuh pada tanggal 15 bulan 3 , masyarakat yang masih turun-temurun mereplikasi kebajikan
jelata jelma ‘dewa’ tersebut pasti merayakan seremoni ‘ulangtahun’ yang mengacu
pada hari kelahiran Zhao Gong Ming.
No comments:
Post a Comment