TERPUJILAH PARA BUDDHA, PARA BHODHISATTVA MAHASATTVA, SERTA PARA ARYA NAN BIJAKSANA..._/\_ NAMO BUDDHAYA _/\_


Hidup bukan untuk berharap, memohon, mengeluh.. Tapi hidup untuk berlatih, berusaha, berdoa dan teruslah berbuat baik.
Biarlah para mahluk suci menilai, melihat ketulusan dan keikhlasan dalam kebaikan yang kita lakukan. Selalu bersyukur saat para Buddha, Bodhisattva, Dewa, manusia atau mahluk suci lainnya memancarkan Welas Asih-nya kepada kita.

W E L C O M E ( E H I P A S S I K O )

Sunday, 1 December 2013

GUAN YU ( KWAN KONG ) / SANGHARAMA BODHISATTVA

Awal Mula Sebagai Pelindung Dharma  ( Dharmapala ).



Kisah berikut ini terjadi beberapa ratus tahun setelah gugurnya Guan Yu. Berdasarkan catatan sejarah Buddhis - Fozhu Tongji (佛祖統紀 - Taisho Tripitaka 2053), pada awal bulan 12 Imlek tahun 592 M, (Dinasti Sui, era Kai Huang ke- 12), Pendiri Aliran Tian Tai Tiongkok – Master Zhi Yi (智顗), yang juga dikenal dengan sebutan Master Zhizhe (智者) tiba di sekitar Gunung Yuquan di Dangyang, Jingzhou. Melihat suasana pegunungan di wilayah itu sangat menawan maka bermaksud membangun sebuah vihara untuk membabarkan Dharma di tempat itu. Di situ ada sebuah telaga besar, dari telaga itu terpisah seratus langkah lebih ada sebuah pohon besar yang sangat rindang, Zhi Yi kemudian bermeditasi di bawah pohon itu. Pada suatu hari, langit tiba-tiba menjadi gelap, cuaca berubah, di empat penjuru tertampak para makhluk gaib. Saat itulah muncul seekor ular raksasa ganas yang panjangnya sepuluh zhang lebih (1 zhang sekitar 3,33 meter). Tertampak berbagai wujud hantu dan siluman dengan bermacam senjata seperti golok, pedang dan panah yang jatuh dari langit bagaikan air hujan. Penampakan ini berlangsung terus selama 7 hari, namun Zhi Yi tidak tergoyahkan. Selepas hari ke-7, Zhi Yi berucap, “Yang kalian lakukan ini adalah karma buruk yang menyeret pada proses kelahiran dan kematian. Serakah pada buah karma baik duniawi yang tersisa, pun tidak menyesali apa yang kalian perbuat.” Begitu ucapan ini berakhir, segala penampakan menyeramkan itu hilang lenyap. Cuaca kembali menjadi cerah, bulan terlihat jelas sekali. 

Saat itu muncul dua orang lelaki yang tampak berwibawa. Yang lebih tua ber- janggut lebat, sedang yang lebih muda mengenakan topi dan berwajah rupawan. Lelaki yang lebih tua maju ke hadapan Zhi Yi dan berucap, “Saya adalah Guan Yu. Oleh karena situasi era akhir Dinasti Han sangat kacau, saya lalu ingin memulihkan silsilah kerajaan, namun apa daya kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Setelah meninggal saya menjadi raja gunung ini. Yang Arya, dengan tujuan apakah Anda datang ke sini?” Zhi Yi menjawab, “Saya berharap dapat membangun vihara membabarkan Dharma di tempat ini.” Guan Yu menjawab, “Mohon Yang Arya dapat memaafkan perbuatan bodoh saya sebelumnya dan berwelas asih pada kami. Tidak jauh dari sini ada sebuah gunung yang berbentuk perahu terbalik, tanahnya dalam dan tebal. Saya dan putra saya, Guan Ping, akan membangun vihara di sana untuk melindungi Buddha Dharma. Mohon Anda terus melanjutkan meditasi dengan tenang, 7 hari kemudian vihara akan rampung.”

Master Zhi Yi kemudian kembali bermeditasi, 7 hari kemudian menuju ke tempat yang disebutkan Guan Yu. Ternyata tempat yang sebelumnya merupakan telaga yang sangat dalam telah menjadi rata dan terlihat sebuah vihara yang megah dan menawan. Vihara itu kemudian diberi nama Vihara Yuquan (玉泉寺). Suatu hari Guan Yu muncul di hadapan Master Zhi Yi dan berkata, “Saya hari ini mendengar Dharma tentang metode meninggalkan kehidupan duniawi, sebab itu berikrar ingin membersihkan
batin, menerima Sila dan selamanya menjalankan Jalan Bodhi.”

Master Zhi Yi kemudian membangun sebuah kuil untuk Guan Yu di sebelah barat laut Vihara. Sebuah batu ukiran yang bertajuk tahun 820 M di Vihara Yuquan mengisahkan tentang pertemuan antara Guan Yu dan Zhi Yi tersebut. Di dinding kuil yang didirikan Zhi Yi untuk Guan Yu, tertulis syair berpasangan: “ Wajah merah  dengan hati merah, menunggang kuda kelinci merah mengejar angin, sewaktu melesat tidak melupakan Kaisar Merah. Dengan pelita hijau membaca kitab sejarah, bersenjatakan golok bulan sabit naga hijau, di tempat yang paling tersembunyi tidak menyalahi langit biru.”

Syair berpasangan ini memuji keperkasaan dan kesetiaan Guan Yu, ini bisa kita ketahui dari maknanya yang adalah sebagai berikut: Berparas merah lebam dan berjiwa setia (yang disimbolkan sebagai berhati merah), menunggang kuda perkasa berbulu merah berkepala seperti kelinci yang larinya secepat angin, ketika melesat di atas pelana kudanya ke segenap penjuru tidak lupa bahwa dirinya adalah jendral Kaisar Han, Di bawah sorotan pelita minyak berwarna hijau membaca kitab sejarah yang terukir di batangan bambu hijau, membawa golok bulan sabit naga hijau, di dalam benak sanubarinya yang terdalam tidak ada perbuatan tercela yang melanggar Langit. Sebuah syair yang sangat indah yang melukiskan paras wajah, kuda, senjata, kesetiaan, kegemaran hingga moralitas Guan Yu. Kisah serupa juga tercatat dalam dua kitab yang lain. Salah satunya adalah Chongxiu Yuquanshan Guanmiao Ji (重修玉泉山 庙记 – Catatan Pemugaran Kuil Guan Yu Gunung Yuquan) yang ditulis oleh Dong Ting (董侹) semasa Dinasti Tang pada tahun 820. Dari catatan ini bisa diketahui adanya dua hal, yakni:
menjelaskan lokasi Kuil Guan Yu yang terletak 300 langkah di arah barat laut Vihara Yuquan.
mencatat peristiwa perjumpaan Master Zhi Yi dengan Guan Yu.

Kitab satunya lagi adalah Guandizhi Lingyi Jian Yuquan edisi Qing Qianlong (清乾隆版 《關帝志靈異建玉泉 – Catatan Guan Di, Pengalaman Gaib, Mendirikan Yuquan, edisi Qian Long Dinasti Qing) yang menuliskan: Tahun Suikaihuang 12 (592), di Dangyang Zhi Zhe dari Tiantai pada malam hari bermimpi Guan Gong menunjukkan kegaiban, berjanji “ Saya seharusnya menyumbangkan tenaga mendirikan sebuah vihara melindungi Buddha Dharma”, lalu mempertunjukkan kekuatan luar biasa mendirikan Vihara Yuquan, Guan Gong menerima Panca Sila, kemudian menjadi Dewa Pelindung vihara ini.

Selain kisah di atas, ada satu versi lain tentang kisah bagaimana Guan Yu menjadi seorang pelindung agama Buddha. Dikatakan bahwa pada suatu malam Guan Yu menemui Bhiksu Zhi Kai ( ), murid dari Tiantai Master Zhi Yi, dan menerima Trisarana dari Bhiksu Zhi Kai. Kemudian Bhiksu Zhi Kai melaporkan perjumpaan dengan Guan Yu tersebut kepada Yang Guang, Pangeran Jin (yang kelak akan dikenal sebagai Kaisar Sui Yang Di - 隋煬帝). Pangeran Yang Guang memberikan Guan Yu gelar “Bodhisattva Sangharama”. Itulah asal muasal dari mana gelar Sangharama diberikan kepada Guan Yu.

Pemujaan Guan Gong mulai meluas di kalangan Taoisme pada abad ke-12 M. Menurut sejarawan Boris Riftin dan Barend J. Ter Haar, pemujaan Guan Yu di kalangan Buddhis mengawali pemujaan religius Guan Yu di Tiongkok. Bahkan di dinding kuil Guan Miao di Vihara Yuquan terdapat tulisan “Tian Xia Di Yi Guan Miao” (天下第一關廟), yang berarti Kuil pertama Guan Yu di Tiongkok. “Kuil pertama yang ditujukan pada Guan Yu adalah di vihara Yuquan di provinsi Dangyang. Hubei. Kuil (Guan Miao) ini didirikan pada tahun 713 M dan melekat pada vihara Buddhis di Gunung Yuquan. Peran Guan Yu sebagai dewa pelindung dan vihara - vihara, yang dipelopori oleh para Buddhis, menjadi meluas pada abad ke-9 M. Tidak membutuhkan waktu lama bagi kuil-kuil Taois untuk menjadikannya sebagai dewa pelindung dan pada masa Dinasti Song (960-1279) pemujaan Taois atas Guan Yu menjadikannya sebagai fi gur dewa pelindung. Di Xiezhou di Shanxi, di mana Guan Yu lahir, sebuah kuil Taois didirkan untuk Guan Yu di Danau Garam pada masa Dinasti Song”.


Dalam versi lainnya, seperti dalam Catatan Kisah Tiga Negara (San Guo Yan Yi - 三國演義), Guan Yu muncul di hadapan Bhiksu Pu Jing (普淨) di malam saat gugur karena dipenggal oleh Raja Wu dari pihak Sun Quan. Tubuhnya dikubur di dekat Gunung Yuquan yaitu di Jingmenzhou. Di sela-sela kegalauan atas kehilangan kepala, raga halus (gandharva) Guan Yu bergentayangan mencari kembali kepalanya, “Kembalikan kepalaku”. Bhiksu Pu Jing dengan kekuatan batinnya melihat Guan Yu turun dari angkasa menunggang kuda Sambil menggenggam golok besar Naga Hijau, bersama dengan 2 pria, Guan Ping dan Zhou Cang. 

Semasa hidupnya saat dalam pelarian dari kubu Cao Cao, Guan Yu pernah ditolong oleh Pu Jing di Vihara Zhen-guo. Lalu Bhiksu Pu Jing memukul pelana kuda dengan kebutan cambuknya seraya berkata, “Di mana Yun Chang?” Seketika itu juga Guan Yu tersadarkan. Dengan beranjali, Guan Yu bertanya, “Siapakah anda?” Saya ingin mengetahui nama anda.” Sang bhiksu menjawab, “Bhiksu tua ini dikenal dengan nama Pu Jing.” “Kita telah bertemu sebelumnya di Vihara Zhenguo, tuanku. Apakah anda lupa?” Guan Yu menjawabnya, “Rasa terima kasih atas bantuan yang anda berikan kepada saya tetap ada dalam ingatan saya. Sebuah kemalangan telah menimpa saya.” Guan Yu kemudian memohon petunjuk untuk dapat terbebas dari kegelapan pengembaraan batin.

Pu Jing memberi nasehat, “Dulu salah atau sekarang benar tak perlu dipersoalkan lagi, karena terjadi pada saat sekarang tentunya ada sebab pada masa lalu.” Pu Jing lalu melanjutkan, “Jendral, Anda hari ini dibunuh oleh Lu Meng, hati Anda tidak bisa menerima hal ini, namun Anda pernah memenggal kepala enam jendral penjaga lima perbatasan serta banyak lagi lainnya, kepada siapa mereka ini meminta kembali kepala mereka?” Kata-kata Pu Jing itu terasa sangat menyentak.

Seperti puisi yang ditulis oleh Mahaguru C’han Xu Yun (1840 -1959): “Saya menanti mereka yang juga berikrar untuk mendaki Bodhi. Mengenang Guan Zhangmiu (Guan Gong) di puncak Yuquan. Mencapai Realita Pamungkas setelah mendengar sepatah dua patah kata.” Setelah tersadarkan dari kegalauannya, Guan Yu memohon untuk dapat menerima Trisarana dan  Panca Sila. Sejak itu Guan Yu sering muncul melindungi masyarakat di sekitar Gunung Yuquan. Sebagai rasa terima kasih kepada Guan Yu, para penduduk membangun kuil di puncak Gunung Yuquan. 

Awal mula jodoh karma antara Bhiksu Pu Jing dengan Guan Yu, diceritakan dalam satu legenda. Alkisah kelahiran lampau Guan Yu adalah raja naga yang dengan welas asih membantu rakyat yang mengalami bencana kekeringan dengan menurunkan hujan. Namun ia melakukannya tanpa seizin raja Sakra Devanam Indra, lantas ia dipenggal sebagai hukumannya. Setelah sang raja naga meninggal, Bhiksu Pu Jing yang menemukan jasadnya membantu membacakan doa-doa di hadapan jasadnya dan akhirnya raja naga tersebut terlahir kembali menjadi Guan Yu. Gubuk rumput tempat tinggal Pu Jing kemudian dibangun menjadi sebuah vihara yang kelak bernama Vihara Yuquan. Kemudian pada abad ke-6, Zhi Yi berniat membangun kembali vihara di lokasi tersebut dengan nama Vihara Yuquan. Dalam pembangunan kembali ini dikisahkan Zhi Yi mendapat bantuan dari Guan Yu, beserta pihak kerajaan seperti dari Pangeran Yang Guang dan ayahnya, Raja Sui Wendi yang memegang pemerintahan pada masa itu. Vihara Yuquan ini di dalam kompleksnya terdapat kuil Guan Miao (kuil untuk Guan Yu). Ini adalah salah satu tempat pemujaan Guan Yu yang tertua, juga merupakan vihara tertua di Dangyang. Tempat penampakan raga halus Guan Yu ditandai dengan sebatang pilar batu yang bertuliskan: “Di sini tempat Guan Yun Chang dari Dinasti Han menampakkan diri.” Pilar batu itu adalah hadiah dari Kaisar Wan Li masa Dinasti Ming dan masih bisa dilihat sampai sekarang.

Penampakan Guan Yu juga bisa ditemukan dalam Lidai Shenxian Tongjian (歷代神仙通  Pembuktian Bersama Dewa-Dewa Berbagai Dinasti) karya Xu Dao. Dalam buku yang disebut juga Sanjiao Tongyuan Lu (三教同源  – Catatan Tri Dharma Satu Sumber) ini disebutkan sebagai berikut:
Shen Xiu (神秀 - kakak seperguruan Patriarch Ch’an ke-6, Hui Neng  ), pada tahun 676-679 semasa Dinasti Tang tiba di Vihara Yuquan dan ingin mendirikan tempat pembabaran Dharma. Penduduk sekitar sangat memuja dan menghormati Guan Gong. Shen Xiu ingin merobohkan Kuil Guan Yu, tiba-tiba gumpalan awan hitam dari empat penjuru berkumpul di tempat itu, terlihat Guan Yu membawa golok dan menunggang kuda. Shen Xiu mendongakkan kepala dan bertanya, lalu Guan Yu dengan terperinci menjelaskan peristiwa sebelumnya. Setelah itu Shen Xiu segera mendirikan vihara dan menjadikan Guan Yu sebagai Pelindung Vihara (Sangharama). Sejak itulah kisah ini menyebar ke setiap vihara. Tentang ucapan “Guan Yu dengan terperinci menjelaskan peristiwa sebelumnya”, tidak ada penjelasan lebih lanjut, ada kemungkinan itu merujuk pada kisah perjumpaan Guan Yu dengan Master Zhi Yi. Dalam Sutra Saptabuddha Ashtabodhisattva Maha Dharani Sutra (Sutra tentang Mantra Sakti Mahadharani yang dibabarkan 7 Buddha dan 8 Bodhisattva) tercatat bahwa ada 18 Sangharama (Qielan Shen) sebagai pelindung lingkungan vihara, yaitu: Mei Yin, Fan Yin, Tian Gu, Tan Miao, Tan Mei, Mo Miao, Lei Yin, Shi Zi, Miao Tan, Fan Xiang, Ren Yin, Fo Nu, Song De, Guang Mu, Miao Yan, Che Ting, Che Shi, dan Bian Shi.

Guan Yu sendiri bukanlah sosok yang tercatat dalam Sutra Mahayana sebagai Sangharama.  Sangharama sendiri mengandung pengertian sebagai tempat tinggal anggota Sangha, atau lebih umum dikenal sebagai vihara. Secara etimologi, istilah Sangharama telah dikenal sejak masa kehidupan Buddha. Selain 18 dewa Sangharama yang telah disebutkan di atas, dua tokoh yang dianggap sebagai pelindung utama Sangharama adalah Anathapindika dan Pangeran Jeta, penyokong Vihara  Jetavanarama pada masa kehidupan Buddha.

Secara kualitatif, Guan Yu memiliki pengabdian yang setara dengan para Pelindung Sangharama, pun karena memiliki komitmen yang besar untuk melindungi lingkungan vihara, maka tidaklah mengherankan bila kemudian diapresiasi secara khusus oleh Mahayana Tiongkok sebagai Bodhisattva Sangharama, ada juga yang menyebut sebagai Bodhisattva Satyadharma Kalama. Pada tahun 1081 M, tokoh politik Song Utara dan umat Buddha bernama Zhang Shangying (張商英) menyebut Guan Yu sebagai Pelindung Dharma. Di kalangan Mahayana Tiongkok, Guan Yu sering ditampilkan berdiri berpasangan dengan Dharmapala Veda (Wei tuo Pusa) yang juga merupakan Pelindung Dharma. Keduanya mendampingi rupang Buddha atau Avalokitesvara.


No comments:

Post a Comment